Minggu, 12 Agustus 2012

Morphology


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
      Bahasa manggarai merupakan bahasa ibu orang Manggarai yang berdiam di Kabupaten Manggarai dan terletak di pulau Flores propinsi NTT. Walaupun dalam bahasa Manggarai terdapat banyak dialek, diantaranya dialek Manggarai barat, Manggarai Tengah, dan Manggarai Timur tetapi masih mempunyai kemiripan dalam arti, makna, dan kelas kata serta pengucpan.
Dalam makalah ini, penulis mengangkat masalah proses morfologis yang lebih dikhususkan pada klitik yang menyatakan kepunyaan dalam bahasa Manggarai dialek Manggarai Tengah. Yang dibahas dalam makalah ini adalah mengenai klitik yang ditemukan dalam bahasa Manggarai karena mengingat bahwa klitik lebih dekat dengan proses morfologis. Seperti yang dikemukakan di atas bahawa kekayaan suatu bahssa ditandai dengan lengkapnya proses morfolois.  Data yang diambil juga berasal dari tuturan orang Manggarai asli dan penutur bahasa Manggarai yang tinggal di Kupang, termasuk penulis sendiri, sehinggga kebanyakan data yang diperoleh lebih banyak dari yang terdapat pada data tertulis.
 Untuk itulah peulis mengangkat topik ini guna mengetahui apakah klitik dalam bahasa Manggarai yang menyatakan kepunyaan dapat dikaji sesuai atau sama dengan pengkajian menurut kaidah bahasa Indonesia. .
 1.2  Permasalahan
Permasalahan yang diangkat dalam makalah ini adalah, apakah klitik dalam bahasa Manggarai
1.3  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah
1.3.1 Membahas masalah afiks dalam bahasa Manggarai
      1.3.1.1 Membahas jenis afiks dalam bahasa Mangarai
      1.3.1.2 Membahas proses afiksasi dalam bahasa manggarai
      1.3.1.3 Membahas klitik dalam bahasa Manggarai
1.3.2 Membahas masalah reduplikasi dalam bahasa Manggarai
      1.3.2.1 Membahas masalah jenis afiksasi dalam bahasa Manggarai
      1.3.2.2 Membahas masalah poses reduplikasi dalam bahasa Manggarai
1.3.3 Membahas masalah komposisi dalam bahasa Manggarai
      1.3.3.1 Membahas masalah jenis komposisi dalam bahasa Manggarai
      1.3.3.2 Membahas masalah proses komposisi dalam bahasa Manggarai

1.4  Manfaat Penulisan
Adapun manfaat penulisan makalah ini adalah :
Ø  Sebagai sumber informasi maupun bahan pembelajaran bagi mahasiswa atau masyarakat umumnya
Ø  Sebagai dasar penelitian yang lengkap tentang bahasa Manggarai
Ø  Memudahkan peneliti selanjutnya untuk melihat kekurangan penelitian dan penulisan agar bisa melakukan penelitian dan penulisan yang lebih lengkap lagi
Ø  Untuk penulis sendiri, sebagai bahan pembelajaran dan pengembangan pengetahuan dalam bidang kebahasaan

   
BAB II
AFIKSASI DALAM BAHASA MANGGARAI


2.1   Klasifikasi atau Jenis Afiks dalam Bahasa Mangarai
Dari data yang diteliti, jenis afiks yang ditemukan dalam bahasa manggarai hanya ada jenis  Prefiks.
Jumlah Prefiks yang ditemukan dala bahasa Manggarai ada beberapa jenis, yaitu :  prefiks ne-, g-, m-  dan n- pada kata nenggitu,nenggo’o, gata dan ntaung, mtaung.

2.2  Proses Pembentukan Kata Melalui Afiksasi Bahasa Manggarai
Prefiks
Prefiks n- ditemukan dalam kata  ntaung.
Kata ntaung berasal dari kata taung yang artinya habis. Ketika diberi                       prefiks n- maka kata ntaung berarti selalu. Prefiks n- menunjuk pada seseorang saja.
Contoh pada kalimat : Agu nuk ntaung liha. (Dan dia selalu mengingatnya).

Prefiks m-, juga ditemukan pada kata mtaung, tetapi pada lebih dari satu orang atau binatang.
Contoh: Acu situ lolo mtaung baling mai hia. (Anjing-anjing tersebut terus menggonggong mengelilingi dia)
Prefiks ne-, ditemukan dalam kata nenggo’o dan kata nenggitu.
Kata nenggo’o dan kata nenggitu berasal dari kata nggo’o dan nggitu yang artinya begini dan begitu. Ketika diberi prefiks ne- maka kata tersebut menjadi nenggo’o dan nenggitu yang berarti jadi begini dan jadi begitu,tapi artian tersebut tidak bisa terlepas dari kata sambungannya.

Prefiks g-, ditemukan pada kata gata yang berasal dari kata ata berarti orang ditambah prefiks g- menjadi gata yang berubah arti menjadi orang banyak atau banyak orang.
    2.3        KLITIK DALAM BAHASA MANGGARAI
Seperti yang dikemukakan pada bagian awal bahwa klitik yang ditemukan dalam bahasa Manggarai hanya  terdapat jenis enklitik sedangkan jenis proklitik tidak.
Jumlah klitik yang ditemukan dalam bahasa Manggarai hanya jenis enklitik seperti -n,-d, -s, -m, -g, pada kata anakn, mbarun, emad, ngos, mbarum, latangt ,mbarug dan lain-lain.
Ø  Enklitik –n, ditemukan pada kata anakn, mbarun,ngasangn, kilon dan lain-lain. Kata tersebut mempunyai bentuk asal anak, mbaru, ngasang, kilo. Setelah diberi enklitik -n artinya menjadi berubah (anaknya, rumahnya,namanya,keluarganya). Enklitik -n sebenarnya menunjuk pada kata kepunyaan -nya.

Ø  Enklitik –d, ditemukan pada kata emad, mbarud,ka’engd, donded. Kata tersebut mempunyai bentuk asal ema, mbaru, ka’eng, donde. Setelah diberi enklitik -d artinya berubah menjadi (ayah mereka, rumah mereka, mereka tinggal, mereka sering). Enklitik -d menunjuk pada kata kepunyaan mereka.

Ø  Enklitik –s, ditemukan dalam kata kilos, mbarus, ngasangs. Kata tresebut mempunyai bentuk asal kilo, mbaru, ngasang. Setelah diberi enklitik -s artinya berubah menjadi (keluarga kamu sekalian, rumah kalian, nama kalian). Enklitik -s menunjuk pada kata kepunyaan kamu sekalian atau kalian.

Ø  Enklitik –m, ditemukan dalam kata nggitum, mbarum, kilom, hangm.
Kata tersebut mempunyai bentuk asli nggitu, mbaru, kilo, hang yang kemudian diberi enklitik -m sehingga berubah arti (baiklah kalau kamu begitu, rumahmu, keluargamu, makananmu). Enklitik -m menunjuk pada kata kepunyaan kamu / mu.

Ø  Enkltik –g, ditemukan pada kata gorig, nepig, mbarug, kilog, ngasangg. Kata tersebut mempunyai bentuk asli gori, nepi, mbaru, kilo,ngasang yang kemudian setelah diberi enklitik -g sehingga berubah arti menjadi (aku mau atau kemauanku, aku  mendekat, rumahku, keluargaku, namaku).

Pada hakekatnya enklitik yang ditemukan dalam bahasaManggarai menunjuk pada kata kepunyaan, walaupun ada sebagian yang menunjuk pada jumlah subjek atau benda. Contohnya pada kalimat berikut :
·         Pande apas meu e ? (kamu semua / kalian sedang apa ? : banyak orang)
·         Enu, nias ka’eng de nara sio bao? ( nona, laki-laki yang tadi tinggal di mana? : banyak orang).

BAB III
REDUPLIKASI DALAM BAHASA MANGGARAI
3.1         Jenis Reduplikasi Bahasa Manggarai
Dari data yang diteliti, reduplikasi yang ditemukan dalam bahasa Manggarai ada beberapa jenis yaitu jenis dwilingga, dwilingga salin suara dan di ditemukan jenis reduplikasi baru.
Contoh : poli-poli, leso-leso, nggitu- nggitu, lako-lako, tombo-tombo, hapa-haol, sembuling-mbuling, nete-neteng dan lain lain.

3.2         Proses Reduplikasi bahasa Manggarai
a.      Reduplikasi Dwilingga yaitu proses pengulangan kata yang pertama.
Contoh : poli-poli, leso-leso, nggitu-nggitu, lako-lako, tombo-tombo.
Proses reduplikasi atau pengulangan kata yang pertama bahasa Manggarai yang terdapat pada kata poli, leso, nggitu, lako, tombo tidak mengakibatkan perubahan makna (sudah-sudah, hari-hari, begitu-begitu, jalan-jalan, omong-omong).

b.      Reduplikasi Dwilingga Salin Suara yaitu proses pengulanga kata yang pertama, tetapi terjadi perubahan suara pada suatu fonem atau lebih.
Contoh : hapa-haol yang mempunyai bentuk asal hapa atau hepep yang artinya omong tidak jelas atau omong terlalu cepat  sehimgga kedengaran tidak jelas.
Setelah mengalami proses reduplikasi menjadi hapa-haol, maknanya tetap sama.
c.       Reduplikasi jenis yang baru ditemukan pada kata sembuling-mbuling,nete-neteng. Kelihata bahwa kata-kata tersebut mengalami proses redupliksi atau ulang berimbuhan tetapi dalam bahasa Manggarai tidak ditemukan awalan se- dan akhiran -ng. Dari hasil penelitian, menunjukan bahwa proses pengulangan pada kata tersebut mengalami penghilangan fonem tertentu karena pengaruh pengucapan. Maksudnya kata tersebut mempunyai bentuk asal sembuling dan neteng  (yang artinya bulat dan masing) tapi karena pengaruh pengucapan maka ada kecendrungan penghilangan beberapa fonem seperti fonem se- dan -ng.
Jadi dapat disimpulkan bahwa jenis reduplikasi ini bukan merupakan jenis baru, tetapi hanya merupakan bentuk yang mengalami penghilangan beberapa fonem.

BAB IV
KOMPOSISI BAHASA MANGGARAI

Komposisi adalah gabungan dari duakata atau lebih yang membentuk suatu kesatuan arti.
Dalam bahasa Manggarai banyak ditemukan komposisi, terutama yang membentuk atau yang berbentuk idiom.
Contoh : ata tua, manuk lalong, reba di’a, ata wina, teing hang jari, juru basa, pala sina, ase kae weki.

4.1       Jenis komposisi dalam bahasa Manggarai
Ø  Dwandwa ; penggabungan dengan derajat yang sama.
Contoh : weta nara, ase kae, eta wa, wina rona ( saudara saudari, adik kakak, atas bawah, suami istri )
Ø  Tatpurusa ;bagian yang kedua memberi penjelasan pada yang bagian yang  pertama.
     Contoh : juru basa, manuk lalong, lalong rombeng, lalong kador, teing hang jari, pala sina, ase kae weki, reba lomes, uwa haeng wulang, langkas haeng ntala, reje leleng bantang cama, tuka gendo, dara ta’a, hang ta’a, mbaru gendang, mbaru tambor, gendang loke nggera, mbaru niang, mbaru tembong ( murid / penunjuk jalan dukun, ayam jantan, pemuda cerdas, pemuda nakal, memberi sesajian, alam baka, semacam santu pelindung, pemuda ganteng, belajar setinggi langit, musyawarah untuk mufakat, kandungan, mati tidak wajar, mangsa jiwa orang,rumah gendang, rumah tambor, gendang dari kulit manusia, rumah niang, rumah tembong dan lain-lain ).
Seperti yang telah dikatakan diatas bahwa dalam bahasa Manggarai paling banyak ditemukan komposisi yang berbentuk idiom atau ungkapan. Banyak ungkapan yang belum tercantum disini, semoga penelitian ke depan lebih difokuskan pada pembahasan ungkapan atau idiom bahasa Manggarai.

4.2       Proses komposisi bahasa Manggarai
Pembentukan komposisi bahasa Manggarai tidak berbeda dengan bahasa Indonesia.
Ø  Komposisi jenis Dwandwa
Misalnya kata weta nara, ase kae, eta wa,wina rona, merupakan penggabungan dari kata dasar weta, nara,ase, kae, eta, wa, wina, rona, yang masing-massing berarti (saudara, saudari, adik, kakak, atas, bawah, suami, istri). Kata-kata tersebut membentuk satu kesatuan arti.
Walaupun ada beberapa komposisi yang masih bisa di sisipkan dengan partikel tapi kata tersebut dianggap sebagai komposisi karena sudah lazim digunakan sebagai komposisi.
Ø  Komposisi jenis Tatpurusa
Misalnya kata mbaru gendang, mbaru tambor, mbaru niang, pala sina, reba di’a, teing hang jari, reje leleng bantang cama, tuka gendo, lalong koe,
lalong kador, merupakan penggabungan dari dua atau lebih kata dasar yang
membentuk satu kesatuan arti yang baru.
Komposisi di atas merupakan penggabungan dari kata mbaru, gendang, tambor,niang, pala, sina, reba, di’a, teing, hang, jari, reje, leleng, bantang, cama, tuka, gendo, lalong, koe, kador yang mempunya arti (rumah, gendang, tambor, niang, halang, di sana / jauh, ganteng, baik, beri/kasih, makan, leluhur/ dewa, ajak, lebih baik, runding, bersama, pe, bopong, pemuda, kecil, nakal).

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari uraian pada pembahasan, dapat disimpulkan bahwa bahasa Mangarai hampir memiliki ketiga unsur proses morfologis, walaupun ada bagian yang tidak lengkap, seperti pada bagian afiksasi hanya terdapat jenis prfiks ne-, g-, dan n-;proses pembentukannya adalah melekatnya prefiks pada kata dasar yang mengakibatkan perubahan makna, sedangkan pada bagian klitik hanya terdapat jenis enklitik n-, d-, s-, m-, g- dan prosesnya dengan melekatnya enklitik pada akhir kata dasar yang mengakibatkan perubahan dari kata benda menjadi kata benda kepunyaan.
Pada bagian reduplikasi ditemukan jenis dwilingga dan  dwilingga salin suara yang proses pembentukannya dengan mengulang kata yang pertama dan pada pengulangan ada perubahan fonem dan terjadi penghilangan fonem yang mengakibatkan seolah-olah muncul reduplikasi jenis baru; tetapi pada dasarnya tidak. Reduplikasi  yang terjadi dalam bahasa Manggarai tidak mengalami perubahan makna.
Pada bagian komposisi, dalam bahasa Manggarai ditemukan jenis dwandwa dan tatpurusa yang proses pembentukannya ada yang merupakan penggabungan dari dua kata yang berkedudukan sama (seperti yang dijelaskan pada pembahasan) dan ada yang terbentuk dari kata-kata yang salah satunya berposisi sebagai pelengakap dan yang lainya sebagai kata utama (ada yang menerangkan dan ada yang diterangakan). Pada dasarnya komposisi dalam bahasa Manggarai banyak berbentuk idiom atau uangkapan (dalam bahasa Manggarai di sebut GO’ET).

5.2 Saran
Ø  Diharapkan agar penilitian ini menjadi dasar penelitian selanjutnya
Ø  Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar bisa mengambil data yang lebih lengkap lagi karena data dalam penulisan makalah ini belum lengkap dan hanya mengandalkan kemampuan mendengar penulis dari tuturan masyarakat penutur bahasa Manggarai
Ø  Diharapkan kepada semua penutur bahasa Manggarai agar tetap mempertahankan keberadaaan bahasa Manggarai dari pengaruh globalisasi yang bisa merusak tatabahasa Manggarai
Ø  Semoga tulisan ini menjadi bahan pembelajaran bagi masyarakat Manggarai dan masyarakat pada umumnya 


Daftar Pustaka

Keraf, Goris. 1984. TATABAHASA INDONESIA : Sekolah  Menengah Tingkat Atas.
         Ende-Flores : Nusa Indah.

Kridalaksana, Harimurti. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta :             Gramedia.

Parera, J. D. 1994. Morfologi Bahasa. Jakarta : Gramedi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar