KAU ADALAH SETETES CINTA
DARI SAMUDERA CINTA SANG EMPUNYA CINTA
(refleksi tentang cinta agape)
Tuhan
adalah cinta. Cinta bukanlah sebuah perasaan dari sekian banyak perasaan dalam
lubuk hati Sang Empunya Cinta ini, tetapi Dia sendirilah cinta itu. Atau dengan
bahasa St.Yohanes dari salib : Adanya Tuhan adalah Adanya Cinta.
Abstraksi
ini bukanlah suatu hasil pemikiran, tetapi merupakan pernyataan dari suatu
pencerahan. Para mistikus di barat, atau kaum Sugi dan Budha di timur, karena
suatu pencerahan mengalami sebuah pengalaman adikodrati, saat Tuhan menyata
sebagai suatu samudera di mana mereka tenggelam. Di situlah sebuah rasa yang
dilingkupi oleh cinta terjadi. Samudera keberadaan Tuhan rupa-rupanya adalah
suatu samudera cinta.
Di
manakah para mistikus dalam samudera itu? Atau bagaimanakah keberadaan mereka;
nasib ketenggelaman mereka dalam samudera itu?
Para mistikus tidak tenggelam sebagai sebongkah
batu di dalam lautan, bukan juga sebagai seekor ikan yang merenangi samudera
itu. Bukan. Mereka berada dalam samudera itu sebagai setetes air. Jadi istilah
tenggelam di sini lebih tepat dikatakan sebagai hilang. Jika kau menjatuhkan
setetes air di laut, di manakah setetes air yang kau jatuhkan itu? Ia hilang.
Tapi bukan sembarang hilang. Ia kehilangan dirinya sebagai setetes air dan
menjadi bagian dari lautan itu. Itulah kehilangan para mistikus ke dalam
keberadaan Allah.
Pencerahan
atau kehilangan diri dalam samudra itu bukanlah suatu usaha menceburkan diri ke
dalam air. Para mistikus itu tidak melakukan sebuah loncatan, dari suatu tempat
yang lain, batu misalnya, lalu masuk ke dalam air. Bukan. Mereka hanya terbuka
matanya dan melihat kehilangan diri mereka dalam samudera itu. Di situ pulalah
engkau, di dalam samudera; tetapi tidak seperti para mistikus, matamu tertutup.
Jika
samudera keberadaan Sang Empunya Cinta adalah samudera cinta, dan sebagaimana
setetes air menjadi bagian dari samudera itu, siapakah engkau hai setetes air?
Engkau adalah setitik keberadaan-Nya. Jangan salah, engkau bukanlah Tuhan. Bagaimanapun
setetes air bukanlah samudera.
Tapi jika engkau adalah setetes air dari samudera,
keberadaan Tuhan yang adalah cinta, bukankah engkau adalah setetes cinta? Ini
indah. Kau adalah setetes cinta. Bagaimana kau menyadarinya? Biarkan matamu
terbuka!
Bukankah ada pepatah;
“Dari
mana datangnya cinta,
Dari
mata turun ke hati”?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar