Minggu, 07 Oktober 2012

refleksi tentang cinta agape


KAU ADALAH SETETES CINTA
DARI SAMUDERA CINTA SANG EMPUNYA CINTA
(refleksi tentang cinta agape)

            Tuhan adalah cinta. Cinta bukanlah sebuah perasaan dari sekian banyak perasaan dalam lubuk hati Sang Empunya Cinta ini, tetapi Dia sendirilah cinta itu. Atau dengan bahasa St.Yohanes dari salib : Adanya Tuhan adalah Adanya Cinta.
            Abstraksi ini bukanlah suatu hasil pemikiran, tetapi merupakan pernyataan dari suatu pencerahan. Para mistikus di barat, atau kaum Sugi dan Budha di timur, karena suatu pencerahan mengalami sebuah pengalaman adikodrati, saat Tuhan menyata sebagai suatu samudera di mana mereka tenggelam. Di situlah sebuah rasa yang dilingkupi oleh cinta terjadi. Samudera keberadaan Tuhan rupa-rupanya adalah suatu samudera cinta.
            Di manakah para mistikus dalam samudera itu? Atau bagaimanakah keberadaan mereka; nasib ketenggelaman mereka dalam samudera itu?
Para mistikus tidak tenggelam sebagai sebongkah batu di dalam lautan, bukan juga sebagai seekor ikan yang merenangi samudera itu. Bukan. Mereka berada dalam samudera itu sebagai setetes air. Jadi istilah tenggelam di sini lebih tepat dikatakan sebagai hilang. Jika kau menjatuhkan setetes air di laut, di manakah setetes air yang kau jatuhkan itu? Ia hilang. Tapi bukan sembarang hilang. Ia kehilangan dirinya sebagai setetes air dan menjadi bagian dari lautan itu. Itulah kehilangan para mistikus ke dalam keberadaan Allah.
            Pencerahan atau kehilangan diri dalam samudra itu bukanlah suatu usaha menceburkan diri ke dalam air. Para mistikus itu tidak melakukan sebuah loncatan, dari suatu tempat yang lain, batu misalnya, lalu masuk ke dalam air. Bukan. Mereka hanya terbuka matanya dan melihat kehilangan diri mereka dalam samudera itu. Di situ pulalah engkau, di dalam samudera; tetapi tidak seperti para mistikus, matamu tertutup.
            Jika samudera keberadaan Sang Empunya Cinta adalah samudera cinta, dan sebagaimana setetes air menjadi bagian dari samudera itu, siapakah engkau hai setetes air? Engkau adalah setitik keberadaan-Nya. Jangan salah, engkau bukanlah Tuhan. Bagaimanapun setetes air bukanlah samudera.
Tapi jika engkau adalah setetes air dari samudera, keberadaan Tuhan yang adalah cinta, bukankah engkau adalah setetes cinta? Ini indah. Kau adalah setetes cinta. Bagaimana kau menyadarinya? Biarkan matamu terbuka!
Bukankah ada pepatah;
            “Dari mana datangnya cinta,
            Dari mata turun ke hati”?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar